Burnout? Apakah itu? Mungkinkah hanya sekadar istilah keren dari stres pekerjaan? Seberapa besar bahayanya? Mari kita bahas pada artikel berikut ini.
Pada akhir pekan banyak orang menikmati hari liburnya dengan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hobi, bercengkrama dengan keluarga atau justru sedang menyiapkan diri untuk menyambut hari Senin yang super sibuk. Banyak orang yang merasa bosan, kewalahan, jenuh, bahkan membenci hari Senin. Apakah Anda salah satu di antaranya?
Orang-orang yang mulai bekerja pada hari Senin biasanya mengalami rasa jenuh dan malas karena tidak siap untuk bertemu lagi dengan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran. Akibatnya, orang-orang ini akan mengalami stres yang menumpuk hingga dapat mengakibatkan terjadinya burnout. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja, terutama pada pekerja yang memiliki jadwal yang cenderung tetap dan monoton. Fenomena ini akan berdampak negatif pada diri individu dan perusahaan, di antaranya dapat menyebabkan rendahnya atau menurunnya job performance karyawan. Semakin banyak karyawan yang mengalami stres dan burnout, maka kinerja karyawan tidak akan maksimal.
Dalam artikel ini, kami mengajak Anda para pembaca untuk mengetahui apa itu burnout, apa saja dampaknya, dan bagaimana cara mendektesi untuk penanganan secara tepat. Semoga membantu, ya!
Apa Itu Burnout?
Yaitu sebuah kondisi dan respon seseorang yang mengalami kelelahan secara fisik, mental, dan emosi karena pekerjaan. Hal ini dapat mengakibatkan tingkah laku seseorang menjadi negatif ketika mengerjakan pekerjaan dan menjalani hidup. Burnout memiliki empat indikator yang terdiri atas kelelahan fisik atau kekurangan energi, kelelahan secara emosional, kurangnya aktualisasi diri dan depersonalisasi.
Kelelahan Fisik
Burnout dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan hilangnya energi dalam jangka waktu tertentu. Menurut Raymond Chin, seorang konten kreator youtube, burnout dapat menyebabkan masalah fisik yang cukup serius. Seseorang yang mengalaminya akan mendapatkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah stres kronik.
Kelelahan Emosional
Kelelahan secara emosional merupakan suatu indikator dari burnout. Seseorang yang mengalami kelelahan emosional ini akan merasa hidupnya kosong, merasa lelah secara berlebihan dan tidak dapat lagi mengatasi tuntutan pekerjaannya.
Kurangnya Aktualisasi Diri
Kurangnya aktualisasi diri merupakan indikator dari rendahnya motivasi kerja dan penurunan rasa percaya diri. Kondisi ini mengakibatkan prestasi dan kinerja kerja seseorang menjadi rendah.
Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah tendensi kemanusiaan terhadap sesama yang merupakan pengembangan dari sikap sinis terhadap karier dan kinerjanya sendiri. Orang yang mengalami depersonalisasi akan merasa bahwa pekerjaannya atau aktivitasnya tidak bernilai atau berarti. Sikap ini ditunjukkan melalui perilaku seseorang yang menjadi masa bodoh, bersikap sinis, tidak berperasaan dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain selain kepentingan dirinya sendiri.
Baca juga Mencari Arti Bahagia: Sudahkah Anda Mendapatkannya?
Dampak Burnout? Apa Saja Itu?
Burnout dapat mengakibatkan masalah fisik dan emosional yang cukup serius. Seseorang tidak bisa menganggap remeh kondisi ini, karena banyak dampak negatif yang akan dirasakan oleh tiap individu. Berikut merupakan dampak negatif dari burnout, di antaranya adalah:
Masalah fisik
Salah satu masalah fisik yang dapat timbul adalah kelelahan. Seseorang yang mengalami burnout terlalu lama, akan merasakan kelelahan fisik dan mental, juga mengalami masalah kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena burnout merupakan akumulasi dari stres berkepanjangan yang tidak mendapat penanganan yang tepat. Stres pada tubuh dapat meningkatkan kadar hormon kortisol. Hormon kortisol yang meningkat dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh sehingga memicu berbagai masalah kesehatan.
Masalah psikis
Masalah psikis yang dapat timbul adalah rasa tidak produktif dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari. Selain itu, beberapa orang yang mengalami burnout akan merasakan tekanan psikis yang cukup dahsyat hampir setiap harinya hingga dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba bunuh diri.
Cara Mendeteksi Burnout
Christina Maslach mempopulerkan sebuah cara untuk mendeteksi burnout, yaitu dengan Maslach Burnout Inventory (MBI), sebuah alat ukur dengan daftar efek nyata burnout. Untuk menentukan risiko yang akan terjadi, MBI mengeksplorasi tiga komponen yaitu, kelelahan, depersonalisasi, dan pencapaian pribadi. Meskipun alat ini berguna, alat ini tidak boleh digunakan sebagai teknik diagnostik ilmiah dan tidak boleh digunakan sembarangan. Tujuan dari penggunaan MBI ini hanyalah untuk membuat seseorang sadar bahwa ia mungkin berisiko mengalami kelelahan.
Mulai Dari Mana untuk Mengatasinya?
Menghadapi permasalahan mental dan psikis yang satu ini bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Jika Anda mengalami hal ini, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Saat ini banyak tersedia layanan konsultasi online apabila Anda terlalu sibuk hingga tak sempat datang untuk berkonsultasi secara offline. Namun, bila Anda merasa enggan untuk mendatangi psikolog karena suatu hal tertentu, Anda dapat mencoba untuk mengurangi rasa tekanan stres dengan kegiatan berikut ini:
Olahraga
Salah satu cara efektif yaitu dengan berolahraga selama 20 hingga 60 menit. Olahraga dalam durasi tersebut akan membantu mengubah suasana hati Anda dan mengatasi respon stres pada tubuh. Setelah berolahraga, otot dan pernafasan akan menjadi lebih rileks.
Melakukan kegiatan kreatif
Alternatif lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan melakukan kegiatan kreatif seperti melukis, menyanyi, memainkan alat musik dan sebagainya. Melakukan kegiatan kreatif dapat menghasilkan hormon endorfin. Hormon endorfin memicu rasa senang sehingga proses kimiawi yang berlangsung di otak akan membuat Anda merasa bahagia.
Beristirahat
Istirahat yang efektif merupakan salah satu kunci untuk mengatasi burnout. Terkadang kita harus beristirahat untuk memulihkan diri dari kelelahan yang menumpuk. Istirahat ini dapat Anda lakukan dengan cara tidur yang cukup atau mengambil istirahat secara konsisten di antara waktu bekerja. Istirahat dapat meningkatkan kemampuan dan memberikan ide kerja yang inovatif. Otak anda akan lebih aktif saat beristirahat sehingga lebih siap dalam memikirkan solusi dari sebuah permasalahan.
Nah, pada akhirnya Anda harus mulai meningkatkan kesadaran untuk mendeteksi dan segera menangani burnout. Penanganan dan pencegahannya tak lepas dari pola hidup sehat yang dilakukan secara konsisten. Oleh karena itu mari kita terapkan pola hidup sehat agar terhindar dari bahaya burnout bagi pekerja. Terus semangat, jaga kesehatan fisik dan mental, ya!