fbpx

Mencari Arti Bahagia: Sudahkah Anda Mendapatkannya?

Pancaran kebahagiaan dalam diri seseorang

Benarkah Bahagia Itu Sederhana?

Jika Anda perhatikan, sebagian besar individu manusia ketika ditanya mengenai hal apa yang sangat ia inginkan dalam hidup, maka jawabannya adalah “bahagia”. Lantas, apakah berarti selama ini masih banyak manusia yang tidak bahagia? Mengapa rasanya kebahagiaan adalah salah satu hal yang begitu sulit untuk dicari? Hingga banyak orang bertahun-tahun hidup namun tak kunjung bertemu dengan “bahagia”. Lalu, apakah orang-orang yang mengaku telah berbahagia lantas berarti hidupnya jauh dari masalah? Benarkah demikian konsepnya? Mari kita ulas hal tersebut pada artikel kali ini.

Menurut KBBI, bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala hal yang menyusahkan). Selain itu seorang tokoh dunia, Mahatma Gandhi, berkata bahwa “Kebahagiaan adalah ketika apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan, dan apa yang kamu lakukan selaras”. Mungkin saja setiap orang mendefinisikan bahagia dengan caranya masing-masing. Namun, satu hal yang harus kita ketahui dengan pasti adalah, ketika Anda mengatakan bahwa Anda bahagia, apakah Anda yakin itu “bahagia” yang sesungguhnya? Atau jangan-jangan, Anda hanya sekadar “merasa bahagia” saja? 

Serupa tapi tak sama, jika dicermati lebih dalam lagi, maka kita akan menemukan perbedaan yang signifikan dari kata “bahagia” dan “merasa bahagia”. Ketika “bahagia” menjadi pilihan yang dijalani selama hidup, maka yang terjadi adalah tubuh, jiwa, dan pikiran kita akan selaras membentuk sebuah pola kebahagiaan itu sendiri. Sedangkan, ketika kita hanya “merasa bahagia” saja, maka yang terjadi hanyalah sebatas “rasa” tanpa memedulikan keterlibatan ketiga aspek penting yakni tubuh, jiwa, dan pikiran. Sehingga dampaknya, kita akan selalu mencari “rasa bahagia” tersebut ke luar ketika kita berpikir bahwa “rasa bahagia” itu sudah habis atau hilang. Akan tetapi jika Anda telah memutuskan untuk “bahagia”, maka tidak perlu mencari lagi, karena bahagia itu senantiasa ada di dalam diri Anda, apapun kondisinya. Kini, dapatkah Anda memahami perbedaannya?

Mencari Arti Bahagia

Dalam rangka menemukan definisi bahagia versi diri sendiri, Anda perlu melakukan refleksi. Dengan merefleksikan apa-apa saja yang telah terjadi dalam hidup, maka Anda bisa mengintrospeksi diri dan mengetahui tentang banyak hal yang mungkin saja terlewatkan, tak terkecuali tentang arti bahagia. Selain itu, Anda juga bisa berbincang dengan diri Anda, yang mungkin selama ini seringkali terabaikan. Ingatlah, bahwa di dalam diri kita banyak “organ” yang perlu kita beri perhatian. Pernahkah Anda mengajak bicara tangan dan kaki Anda? Jika menganggap hal ini cukup aneh, tidak mengapa, tapi Anda perlu mencobanya. Mengajak bicara diri sendiri pada waktu khusus, lalu Anda akan menemukan hal-hal yang luar biasa dari diri Anda sendiri.

Saya berani menjamin, Anda akan lebih sering melakukannya setelah itu. Hanya perlu dengarkan dan beri perhatian pada diri sendiri secara utuh, maka Anda akan menemukan arti bahagia itu. Jika sebagian orang berpikir bahwa kebahagiaannya terletak pada orang lain, mungkin mereka belum sempat bertanya pada dirinya sendiri. Bukankah membahagiakan diri sendiri adalah hal yang jauh lebih penting sebelum pada akhirnya Anda membahagiakan orang lain? Memang terdengar sedikit egois, tapi dengan begitu Anda akan merasakan kepuasan berbahagia, tanpa ada kepalsuan di dalamnya. 

Merubah Mindset

Jika memang dengan sekadar “merasa bahagia” sudah cukup bagi Anda, maka lanjutkan saja. Tapi, jika perasaan bahagia yang kerap kali terlontar dari mulut Anda hanya sebuah bentuk penolakan atas apa yang sebenarnya tengah terjadi di dalam diri Anda, maka tinggalkanlah. Dengan “merasa bahagia” mungkin Anda akan tampak baik-baik saja dari luar. Tapi apakah itu yang sesungguhnya Anda inginkan? Bukankah Anda ingin berbahagia secara utuh, luar dan dalam?

Mengutip dari situs Very Well Mind bahwa bahagia berarti keseimbangan. Apa yang harus seimbang? Yakni emosi Anda. Dengan kata lain, tubuh, pikiran dan perasaan Anda harus selaras. Tidak dalam kondisi berpura-pura. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kuncinya ada pada mindset atau pola pikir. Setiap manusia bertahan hidup dengan caranya berpikir. Setiap tindakan yang dilakukan dan sikap yang diambil tak lepas dari bagaimana caranya dalam berpikir. Maka ketika Anda terjebak dengan kata “merasa bahagia” hanya demi menutupi suatu hal. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah merubah cara Anda dalam berpikir. Pikiran manusia itu sangatlah liar, ia bisa menemukan hal-hal yang tidak ada sebelumnya, dan melakukan berbagai penelitian yang luar biasa. Maka ketika kita tidak bisa mengontrolnya, yang terjadi adalah, manusia akan menjadi budak atas pikirannya sendiri. Konotasi kata budak mungkin terdengar negatif, tapi begitulah adanya jika manusia tak bisa lagi mengontrol pikirannya. 

Mari mulai sekarang tanyakan kembali pada diri Anda, apa arti bahagia itu? dan mulailah untuk mengubah cara berpikir Anda tentang makna bahagia. Tinggalkan cara lama Anda, yang jika berbahagia di atas kepalsuan. Atau rela membahagiakan orang lain, sementara diri sendiri jauh dari kata bahagia. Tinggalkanlah pola pikir bahwa selama ini Anda “merasa bahagia”, karena Anda berhak untuk “bahagia” sepenuhnya.

Baca artikel menarik lainnya dengan klik di sini.

Scroll to Top